Penyebab
Do'a Tak Terjawab
Do’a adalah
otaknya ibadah. Kegiatan berdo’a juga merupakan salah satu sarana bagi seorang
muslim mendekatkan diri kepada-Nya. Dan lebih dari itu, do’a adalah tambatan
segala pinta kepada Yang Esa.
Setiap hari,
bahkan setiap saat seorang muslim senantiasa melantunkan do’a, menyampaikan
segala permohonan dan harapan baik dikala lapang, terlebih dikala sempit. Dan
Allah pun berjanji akan mengabulkan permohonan seorang hamba yang memohon
pada-Nya: “Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a
kepada-Ku”, ……. (Q.S.Al Baqoroh : 186).
Namun
seringkali…..sekian banyak do’a telah dilantunkan, sekian banyak majlis dzikir
telah merebak bak jamur di musim hujan, istighosah kubropun entah berapa kali
dilaksanakan……kenyataanya, do’a tak kunjung mendapat jawaban. Persis seperti
kondisi di negri ini. Krisis ekonomi tak kunjung berakhir, bencana demi bencana
silih berganti menimpa. Berbagai upaya do’a telah dilakukan bersama, namun
Alloh belum jua memberikan asa yang kita pinta. Gerangan apakah penyebab
do’a-do’a kita belum terjawab?
Ada sebuah kisah
tentang masyarakat Basrah yang waktu itu sedang dilanda kemelut sosial.
Kebetulan mereka kedatangan ulama besar yang bernama Ibrahim bin Adham.
Masyarakat Basrah pun mengadukan nasibnya kepada Ibrahim bin Adham, "Wahai
Abu Ishak (panggilan Ibrahim bin Adham), Allah berfirman dalam Al-Quran agar
kami berdoa. Kami warga Basrah sudah bertahun-tahun berdoa, tetapi kenapa doa
kami tidak dikabulkan Alloh?
Ibrahim bin
Adham menjawab, "Wahai penduduk Basrah, karena hati kalian telah mati
dalam sepuluh perkara. Bagaimana mungkin doa kalian akan dikabulkan Allah!
Kalian mengakui kekuasaan Allah, tetapi kalian tidak memenuhi hak-hak-Nya.
Setiap hari kalian membaca Al-Quran, tetapi kalian tidak mengamalkan isinya.
Kalian selalu mengaku cinta kepada rasul, tetapi kalian meninggaklan pola
prilaku sunnah-sunnahnya. Setiap hari kalian membaca ta’awudz, berlindung
kepada Allah dari setan yang kalian sebut sebagai musuhmu, tetapi setiap hari
pula kalian memberi makan setan dan mengikuti langkahnya. Kalian selalu
mengatakan ingin masuk syurga, tetapi perbuatan kalian justru bertentangan
dengan keinginan itu. Katanya kalian takut masuk neraka, tetapi kalian justru
mencampakkan dirimu sendiri kedalamnya. Kalian mengakui bahwa maut adalah
keniscayaan, tetapi nyatanya kalian tidak mempersiapkan diri untuk
menghadapinya. Kalian sibuk mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi terhadap
kesalahan sendiri kalian tidak mampu melihatnya. Setiap saat kalian menikmati
karunia Allah, tetapi kalian lupa mensyukurinya. Kalian sering menguburkan
jenazah saudaramu, tetapi kalian tidak bisa mengambil pelajaran dari peristiwa
itu."
Terakhir ia
mengatakan, "Wahai penduduk Basrah, ingatlah sabda nabi, "Berdoalah
kepada Allah, tetapi kalian harus yakin akan dikabulkan. Hanya saja kalian
harus tahu bahwa Allah tidak berkenan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan
main-main."
Kisah lain terjadi
ketika di Basrah Irak, dilanda kekeringan, kesulitan air dan hujan tak jua
turun. Maka penduduk Basrah sepakat untuk mengadakan sholat istisqo’ untuk
meminta hujan. Para ulama dan tokoh masyarakat hadir untuk melakukan sholat dan
berdo’a meminta keridhoan Alloh menurunkan hujan. Namun hingga beberapa kali
sholat istisqo’ dilaksanakan, hujanpun tak jua turun.
Hingga suatu
malam di masjid, usai sholat istisqo’ siang harinya, Malik bin Dinar dan Tsabit
Al Bunani melihat seorang berkulit gelap, berwajah sederhana, dengan betis
tersingkap yang terlihat kecil, dan perut buncit datang di malam buta, ketika
masjid telah sepi. Yang belakangan diketahui Malik bin Dinar, ia adalah budak
seorang yang sangat kaya raya di Basrah, yang malamnya habis untuk menangis
karena bermunajat kepada Alloh dan siangnya habis untuk sholat dan puasa.
Budak tersebut
di masjid melakukan sholat dua rakaat dengan bacaan surat yang tidak terlalu
panjang. Ruku’ dan sujudnya juga sama pendeknya dengan lama berdirinya. Usai
sholat dia menengadahkan tangan ke langit sambil berdo’a yang di dengar oleh
Malik bin Dinar:” Tuhanku, betapa banyak hamba-hamba-Mu yang berkali-kali
datang kepada-Mu memohon sesuatu yang sebenarnya tidak mengurangi kekuasaan-Mu.
Apakah ini karena apa yang ada pada-Mu sudah habis? Ataukah perbendaharaan
kekuasaan-Mu telah hilang? Tuhanku, aku bersumpah atas nama-Mu dengan
kecintaan-Mu kepadaku agar Engkau berkenan memberi kami hujan secepatnya”.
Setelah
mendengar itu Malik bin Dinar berkata, “ Belum lagi dia menyelesaikan
perkataannya, angin dingin tebal menggelayut di langit. Kemudian tidak lama,
hujan turun dengan begitu derasnya. Subhaanalloh, do’a seorang budak yang serta
merta dikabulkan-Nya.
Kini.....marilah
kita berkaca diri. Ketika do’a-do’a kita tak di dengar, ketika do’a-do’a kita
tak terjawab, barangkali ada diantara sepuluh hal yang dikemukakan oleh Ibrahim
bin Adham di atas terjadi pada diri kita. Bila memang ada, sudah selayaknyalah
kita berbenah diri. Beristighfar sebanyak-banyaknya, demi memperoleh ampunannya.
Melakukan taubat, taubatan nashuha, sambil terus berusaha melakukan berbagai
upaya yang mendukung terhadap hal-hal yang kita pinta. Dan jangan pernah
berhenti berdo’a, karena Alloh akan menganggap kita sebagai orang yang sombong
bila kita tidak memohon pada-Nya. “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kamu
kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan
hina dina” ( Q.S.Al Mu’min:60).
Robb......bimbinglah
kami, agar kami menjadi orang-orang yang senatiasa menggantungkan diri hanya
kepada-Mu, dan senantiasa mengharap rahmat-Mu. Aamiin.
Wallohu a’lam